Jumat, 31 Desember 2010

Bangsa Retorika.....

Saya benci dengan hipokrasi, demokrasi atau segala macam hagemoni politik yang salah kaprah. benci aku.Nasionalisme dan idelisme yang hanya kata-kata yang ditulis diatas semur jengkol, dan dijilat, juga dikangkangi pada sebuah lingkaran setan atas nama kekuasaan. Republik ini, bukan dibangun dengan tinta-tinta rayuan gombal para “badut” yang duduk dan tertidur diatas kemewahan kursi empuk dan dingin di senayan,tapi republik ini dibangun atas tinta-tinta darah para pahlawan, yang keluar dan mengucur dari jantung-jantung mereka yang selalu berdegup kencang ketika nama Indonesia dilantangkan. Tapi apa buktinya sekarang? Jantung-jantung, dan darah para pahlawan terasa tidak berarti saat ini, ketika pepatah lama mengatakan : Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawanya, CUH!! hanya sebuah isapan jempol dan retorika belaka!!

Saya benci ketika para ibu mengeluh.Saya benci, bukan karena saya benci pada keluhan para ibu yang mengeluh dengan cerewetnya. Namun, saya benci ketika para ibu mengeluh mengenai betapa mahalnya harga susu, dan sembako untuk anak-anak dan suami mereka, dan saya begitu bencinya ketika menyadari bahwa keluhan para ibu adalah keluhan sebagain besar bangsa ini, bangsa yang kelaparan, karena begitu banyak yang hanya bisa makan angin, ketika mereka lapar.

Saya juga benci ketika para petani mengeluh.Saya benci, bukan karena saya benci pada para petani yang salah satunya adalah nenek dan kakek saya yang sering menyuruh banyak hal, ketika saya kecil. Namun, saya benci ketika para petani mengeluh betapa mahalnya harga bibit, atau betapa murahnya hasil panen mereka dipasar, dan saya begitu bencinya ketika menyadari bahwa keluhan para petani berarti ada yg salah pada ekonomi bangsa ini, bangsa yang katanya jambrut katulistiwa ternyata tidak lebih dari sapi perah! yah sapi perah. Sapi perah para bangsa kapitalis, yang haus seperti para vampir atas “darah-darah” sumber daya alam dan sumber daya manusia murah bangsa-bangsa penghutang seperti kita.Dan lagi-lagi Jambrut katulistiwa hanya sebuah retorika belaka.
Saya benci!
Saya kesal!
Oh para pemimpin mau kalian bawa kemana lagi bangsa ini?
Bangsa yang selalu saya benci pada kezalimanya
Bangsa yang selalu saya cinta akan keindahanya
Bangsa yang penuh dengan retorika.
atau memang benar bangsa ini adalah bangsa yang pantas disebut
dengan bangsa retorika..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar